Kamis, 19 Januari 2017

sejarah asal usul KOTA DEMAK , untuk memenuhi tugas SPI Dosen Pengampu Agus Dian Alirahman, M.Pd.I

ASAL USUL KOTA DEMAK
 Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata.
MASA AWAL
Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po.
Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putera atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukan Majapahit.
Kerajaan Demak Bintoro memiliki dua pelabuhan, yaitu:
•   pelabuhan niaga di sekitar bonang (Demak)
•    Pelabuhan militer = di sekitar Teluk Wetan (Jepara)
Masa Keemasan
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Di bawah Pati Unus
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
Di Bawah Trenggana
Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546).
Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati[4] diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
Kemunduran
Suksesi Raja Demak 3 tidak berlangsung mulus, terjadi Persaingan panas antara P. Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan Trenggana yang berlanjut dengan di bunuhnya P. Surowiyoto oleh Sunan Prawoto (anak Trenggono), peristiwa ini terjadi di tepi sungai saat Surowiyoto pulang dari Masjid sehabis sholat Jum'at.
Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar) dikenal dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di Sungai. Pada tahun 1546 Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan Prawoto, anak Trenggono, sebagai Raja Demak ke 4, akan tetapi pada tahun 1549 Sunan Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya Penangsang, putera Pangeran Surowiyoto (Sekar).
P. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak sebagai Raja Demak ke 5. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, Adipati Jepara, hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi P. Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko Tingkir (Hadiwijoyo) memindahkan Pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Ker

Kamis, 12 Januari 2017

makalah organisasi kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN
a.  Latar Belakang Masalah
  Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb. Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal.  Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran..
b.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari organisasi kurikulum?
2.      Apa tujuan dan jenis-jenis organisasi kurikulum?
3.      Bagaimanakah cara yang dilakukan organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan?
4.       Bagaimana strategi pelaksanaan kurikulum?
c. Tujuan masalah
1.      untuk mengetahui pengertian organisasi kurikulum.
2.      Untuk mengetahui tujuan dan jenis organisasi kurikulum
3.      Untuk mengetahui cara organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan.
4.      Untuk mengetahui strategi pelaksanaan kurikulum.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Landasan Teoretis
1.     Pengertian Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran di susun dan di sampaikan kepada murid – murid, merupakan suatu dasar yang sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak tercapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid – murid.
2.     Tujuan dan jenis-jenis organisasi kurikulum
 Karena kurikulum merupakan rencana untuk keperluan pelajaran anak, maka bahan pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Organisasi kurikulum dimaksudkan untuk memudahkan anak belajar. Organisasi atau disain kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
1)      Jenis – jenis Organisasi Kurikulum
Telah kita bicarakan bahwa sumber bahan pelajaran untuk kurikulum ialah: pengetahuan, masyarakat dan anak. Kurikulum bermacam bentuknya. Yang paling terkenal dan pemakaian yang luas adalah subjec curiculum. Subjec curiculum yaitu mata pelajaran. setiap kurikulum juga mempunyai subjec mater yaitu bahan pelajaran(integreted kurikulum). Maka dengan demikian diperoleh jenis organisasi kurikulum sebagai berikut:
a.       kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subjec curiculum)
1)      mata pelajaran terpisah-pisah(separate subject curiculum)
2)       mata pelajaran gabungan (correlated curiculum)
b.      kurikulum terpadu (integreted curiculum)
1)      berdasarkan “social functions” atau “major areas of living”
2)       berdasarkan masalah-masalah, minat dan kebutuhan pemuda
3)       berdasarkan pengalaman pemuda (experince curriculum, activity curriculum)

c.       kurikulum inti (core curriculum)
a)      Scope
Scope atau ruang lingkup kurikulum berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus di liputi, Biasanya yang menentukan scope termasuk sequence (urutan) adalah para ahli pengembang kurikulum di bantu oleh ahli di siplin ilmu, juga pengarang buku, penyusun program latiahan atau kursus.
b)      Sequence atau Urutan
Sequence menentukan urutan bahan pelajaran di sajikan, apa yang dahulu apa yang kemudian, dengan maksud agar poses belajar berjalan dengan baik.
c)      Continuitas
Dengan continuitas di maksud bahwa bahan pelajaran senantiasa meningkat dalam keluasan dan kedalamannya.
d)     Integrasi
Dengan kurikulum berdasarkan mata pelajaran yang terpisah – pisah besar kemungkinan pengetahuan yang di miliki para siswa lepas – lepas. Adnya fokus bahan pelajara terpadu berupa konsep, prinsip, masalah membuka kemungkinan menggunakan berbagai di siplin secara fungsional.
e)      Keseimbangan
Keseimbangan dapat di pandang dari dua segi, yaitu (1). Keseimbangan isi, yaitu tentang apa yang di pelajari dan (2) keseimbangan cara atau proses belajar. Tidak semua siswa dapat belajar secara efektif dengan cara yang sama. Maka perlu berbagai macam metode dan kegiatan belajar.
f)       Distribusi Waktu
Kurikulum harus di tuangkan dalam bentuk kegiatan belajar beserta waktu yang di sediakan untuk masing – masing pelajaran.

3.      Cara yang harus dilakukan organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan
Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki lembaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
                        Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah. Untuk lebih jelasnya akan di bahas di bawah ini.
1.      Struktur Horizontal
       Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini  terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum. Ketiganya ialah (1)  separate-subject-curriculum, (2)  correlated-curriculum, dan (3) integrated-curriculum. Adapun yang harus diingat, bahwa pembedaan menjadi tiga macam bentuk tersebut lebih bersifat teoretis, karena pada kenyataannya tidak ada kurikulum yang secara mutlak dikembangkan dengan hanya salah satu bentuk saja dengan tanpa mengaitkannya dengan yang lain.
1)      Konsep dasar separate subject curriculum
Kurikulum ini menekankan penyajian bahan pelajaran dalam bentuk bidang studi atau mata pelajaran. Isinya ialah pengetahuan yang telah tersusun secara logis dan  sistematis dari masing-masing bidang keilmuan. Antarmata merupakan unsur yang terpisah-pisah. Tak ada pengaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.  Penetapan materi pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, dilakukan untuk mencapai empat keterampilan berbahasa saja (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Sebaliknya, bagi guru yang yang profesional, ia tidak akan mau diperhamba oleh satu buku (paket) saja. Dia tentu akan menambah referensi lain untuk memperkaya, memperdalam, dan menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan selaras dengan kebutuhan siswa.
a)      Kelebihan separated-subject curriculum :
·         Bahan pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis.
·         Organisasi kurukulum sederhana serta mudah direncanakan dan dilaksanakan.
·          Kurikulum mudah dinilai.
·         Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum.
·         Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi.
·          Kurikulum ini mudah diubah
b)      Kelemahan Separate-Subject Curriculum
·         Mata pelajaran terpisah-pisah.
·          Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari-hari.
·         Cenderung statis dan ketinggalan zaman.
·          Tujuan kurikulum sangat terbatas
2)      Correlated-Subject Curriculum
  Correlated subject curriculum dikembangkan dengan semangat menata/ mengelola keterhubungan antarberbagai mata pelajaran. Tidak mungkin kita membicarakan suatu mata pelajaran tanpa menyinggung sama sekali mata pelajaran yang lain. Untuk itulah diperlukan kurikulum yang dapat memberikan pengalaman belajar yang dapat menghubungkan satu pelajaran dengan pelajaran lain. Kurikulum ini diharapkan dapat membangun keterpaduan pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperolehnya.


a)      Kelebihan Subject Curriculum
·         Mendukung keutuhan  pengetahuan dan pengalaman belajar murid Siswa tidak menerima pelajaran dalam satuan/bahasan yang terpisah-pisah.
·         Memungkinkan penerapan hasil belajar yang lebih fungsional.
Meningkat Adanya upaya menata keterhubungan antara berbagai mata pelajaran inilah yang kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang dikenal dengan  correlated subjec
Ø  Menghubungkan secara insidental
Pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan. Misalnya, saat dua atau lebih guru bidang studi saling mengamati kurikulum atau bahan pelajaran yang ada, para guru tersebut melihat adanya bahan pelajaran yang satu sama lain dapat dihubungkan.
Ø  Menghubungkan secara lebih erat dan terencana
Pengaitan antar mata pelajaran disebabkan oleh adanya suatu pokok bahasan atau permasalahan yang dapat dibahas dari berbagai macam mata pelajaran. Misalnya,  masalah etika, moral, dan kependudukan dibicarakan dalam mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Agama. Pengaitan antarbahan pelajaran itu dilakukan secara terencana, bukan kebetulan.
Ø  Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas yang ada
pelajaran yang serumpun dipadukan menjadi satu dengan satu nama mata pelajaran. Misalnya pada kurikulum 2006 kita kenal ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang pada dasarnya di dalamnya terdiri atas beberapa bahan/materi pelajaran ekonomi, geografi, dan sejarah. Contoh lain bisa kita sebut mata pelajaran Matematika, yang merupakan penggabungan dari mata pelajaran berhitung, aljabar, dan ilmu ukur. Penggabungan beberapa mata pelajaran ini lazim disebut broad-fields, yang sebenanrya berarti suatu kesatuan yang tidak terbagi dalam bagian-bagian.

b)      Kelemahan Correlated Subject Curriculum
·         Kurikulum masih bersifat subject centered.
·          Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam.
3)      Integrated Curriculum
 Ciri pokok dari  integrated curriculum  ini adalah tiadanya batas atau sekat antarmata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi satu dalam bentuk unit. Oleh karena itu, kurikulum ini disebut juga sebagai kurikulum unit. Kalau dalam correlated subject curriculum masing-masing mata pelajaran masih menampakkan eksistensinya, maka dalam  integrated curriculum ciri-ciri setiap mata pelajaran hilang sama sekali. melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar.  Melalui keterpaduan diharapkan dapat terbentuk pula keutuhan kepribadian anak didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, apa yang diajarkan di sekolah harus benar-benar disesuaikan dengan situasi, masalah, dan kebutuhan kehidupan di masyarakat. dalam perspektif berbagai mata pelajaran. Hal itu dapat dicapai jika tujuan pembelajaran mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan persoalan dengan menggunakan metode berpikir limiah  (method of intelegence). Adapun mengenai pemilihan masalah, terdapat dua pendapat yang saling bertentangan. Yang pertama mengedepankan kebutuhan masyarakat  (social-centered) dan yang kedua mengedepankan  minat dan kebutuhan anak didik (child-centered).
a)      Kelebihan Integrated Curriculum
v  Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain. Bukan sekedar fakta-fakta terpisah, sehingga lebih fungsional bagi kehidupan anak.
v   Sesuai dengan  teori baru mengenai belajar yang mendasarkan pada pengalaman, kematangan, dan minat anak. Anak terlibat secara aktif, berbuat, serta  belajar bertanggung jawab.
v   Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat, karena masyarakat dapat menjadi laboratorium kegiatan belajar.

b)      Kelemahan Integrated Curriculum
v  Tidak mempunyai organisasi yang logis  dan sistematis
v  Para guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk unit.
v   Pelaksanaan kurikulum unit sangat memerlukan waktu, serta dukungan peralatan dan sarana dan prasarana yang cukup.
2.      Struktur Vertikal
Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut:
Pelaksanaan Kurikulum dengan/dan Tanpa Sistem Kelas
a)      Sistem kelas
Pada sistem ini, penerapan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau 7-9;  dan di SMA/MA atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau kelas 10-12. Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksanakannya sistem kenaikan kelas pada tiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama didasarkan pada penguasaan bahan/materi pelajaran yang telah ditentukan untuk tiap tingkatan kelas.Kelemahan pada sistem kelas di antaranya terletak pada timbulnya efek psikologis siswa (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustrasi.
b)      Sistem Tanpa Kelas
pelaksanaan kurikulum dalam “sistem tanpa kelas” tidak mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. bila seorang siswa telah merasa mampu dan siap diuji tentang penguasaan materi yang harus diselesaikannya dalam setiap program. Misalnya untuk sampai pada suatu keahlian ukir, anak tidak dihadapkan pada batasan satuan waktu tertentu, melainkan dihadapkan pada penguasaan materi. yang harus diselesaikan. Sementara itu, kelemahan sistem ini menyangkut substansi isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendididkan secara makro di Indonesia.
c)      Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Dengan memperhatikan kelebihan dari sistem kelas dan sistem tanpa kelas, sebetulnya keduanya dapat dikombinasikan. Dengan sistem kombinasi ini, anak yang memilki tingkat kepandaian tertentu (tinggi) diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus bersama teman-temannya.
d)     Sistem Unit Waktu
waktu belajar Anda tidaklah dalam satuan waktu yang utuh (tak terbagi): enam tahun dari kelas 1 hingga kelas 6 untuk SD/MI; tiga tahun dari kelas 1 hingga kelas 3 SMP/MTs; dan tiga tahun dari kelas 1 hingga kelas 3 SMA/MA atau SMK/ MAK. Setiap kelas membutuhkan waktu satu tahun.
e)      Pengalokasian Waktu
Pengalokasian waktu menyangkut jatah waktu untuk masing-masing mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tiap tingkat sekolah.
4.     Strategi Pelaksanaan kurikulum
              Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum sekolah, yang meliputi: pelaksanaan pengajaran/ pembelajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan bagian yang termasuk dalam bidang garap pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini, maka para pelaksana (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.
a.       Pelaksanaan Pengajaran
bahwa kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Dari pelaksanaan pengajaran inilah hasil suatu proses pembelajaran (belajar dan mengajar) dinilai berhasil atau tidak. Pemilihan metode erat kaitannya dengan tujuan, bahan/materi, keadaan siswa, dan guru.
b.      Pendekatan Keterampilan Proses
                           pendekatan keterampilan  proses sudah kita kenal semenjak Kurikulum 1984. Hingga saat ini pendekatan tersebut masih sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Pendekatan keterampilan proses menekankan terlaksananya komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Komunikasi dua arah mengindikasikan adanya peran serta aktif pada diri guru dan murid. Dalam proses pembelajaran murid terlibat secara fisik dan mental, sehingga apa yang diperoleh siswa dapat lebih mendalam. Melalui keterampilan proses, siswa didorong untuk mendapatkan informasi (ilmu), mengelola, mempergunakan, dan mengomunikasikannya. Dalam hal ini, siswa tidak hanya mempelajari isi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana belajar (learning how to learn. Penerapan pendekatan itu diawali dengan kegiatan pemanasan, yakni mengarahkan siswa pada pokok persoalan yang akan dipelajari. Misalnya dengan mengulas pelajaran minggu lalu yang terkait, meminta pendapat siswa, dsb. Kegiatan ini mengondisikan siswa untuk siap dalam belajar, baik secara fisik, mental, maupun emosional.
c.       Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
      Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan pada suatu sekolah. Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan utama persekolahan yang dilakukan dengan menggunakan jatah waktu yang telah ditentukan dalam struktur program. Kagiatan ini dilakukan guru dan siswa dalam jam-jam pelajaran tiap hari. Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk mencapai tujuan minimal setiap mata pelajaran, baik yang tergolong program inti ataupun program khusus.
1)      Kegiatan Kokurikuler
kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi  pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, koordinasi dan kerja sama antarguru merupakan hal yang perlu dilakukan, misalnya, melalui analisis pokok bahasan sejak awal dan merancang kegiatan kokurikulernya.
Dari pokok-pokok landasan pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang  dan melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut.
a)      Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan kegiatan intrakurikuler. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kepada siswa  mendalami dan menghayati materi pelajaran.
b)       Tidak menimbulkan beban berlebihan bagi siswa.
c)      Tidak menimbulkan tambahan beban biaya yang memberatkan siswa atau orang tua.
d)     Penanganan kegiatan kokurikuler dilakukan dengan sistem administrasi yang teratur, pemantauan, dan penilaian.
2)   Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang diarahkan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau sikap, dan menerap-kan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam mata pelajaran program inti dan pilihan. Walapun sama-sama dilaksanakan di luar jam pelajaran di kelas, bila dibandingkan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih menekankan pada kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan memperhatikan minat dan bakat siswa, serta kondisi lingkungan dan sosial budaya.Pelaksanaannya ditangani oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk.
d.      Bimbingan Karier
 Bimbingan karier merupakan kegiatan bimbingan untuk membantu para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa depannya. Pelaksanaan bimbingan (dan penyuluhan) dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan penyuluhan ini terutama dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan pilihan program (bidang keilmuan) yang terkait dengan masa depannya, seperti dalam pemilihan program (IPA, IPS, atau Bahasa) dan pemilihan jurusan/perguruan tinggi bila siswa akan melanjutkan sekolah.
e.       Penilaian
                             Penilaian dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran. Sasaran penilaian ini meliputi keseluruhan proses maupun hasil yang dicapai dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Penilaian ini harus bersifat objektif, menyeluruh, dan berkesinambungan. Objektivitas dimaksudkan agar penilaian mampu menggam-barkan keadaan yang sesungguhnya. Sifat menyeluruh berkenaan dengan penilaian terhadap semua aspek kemampuan (kognitif, afektif, psikomotot). Berkesinambungan artinya penilaian dilakukan terus menerus, terencana, dan bertahap, serta berlangsung selama proses pembelajaran hingga kegiatan berakhir pada penghujung semester. Dikaitkan dengan satuan materi dan waktu pelaksanaan, dalam penilaian dikenal adanya penilaian formatif, subsumatif, dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan untuk mengevaluasi penguasaan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan unit bahan tertentu. Hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik oleh guru dan siswa untuk melihat ketercapaian tujuan belajar berkenaan dengan unit tertentu. Penilaian subsumatif merupakan penilaian yang dilakukan pada unit bahan yang lebih luas, misalnya pada tengah semester. Adapun penilaian sumatif merupakan penilaian yang mencakup seluruh unit bahan dan dilaksanakan pada akhir semester.
f.        Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Pelaksanaan kurikulum di sekolah melibatkan banyak aspek, baik yang bersifat manusia maupun material. Kesemuanya itu harus terkelola secara baik dengan pendayagunaan secara efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan  pendidikan. Administrasi pendidikan di sekolah berhubungan dengan pengaturan proses pembelajaran, peralatan pembelajaran, pemanfaatan dan pemeliharaan gedung, perlengkapan, keuangan, dsb. Agar dapat mendukung secara optimal pencapaian tujuan pendidikan, maka semua itu harus dilakukan secara sistematis, terinci, dan terencana. Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik. Bantuan yang diberikan dapat mencakup persoalan teknis administratif maupun teknis edukatif. Supervisi ini harus dilaksanakan secara terencana, sistematis, demokratis, kooperatif, konstruktif, dan kreatif.






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.
B.     SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah :
1.      Kepada para pendidik harus mampu mengorganisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai.
2.       Kepada para calon pendidik/guru semoga bisa mengambil pengalaman dari makalah ini mengenai Organisasi Kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan.